BERITA NASIONAL

 Warga Panik, Enam Orang Tewas Mendadak

Sedikitnya 490 warga Sebaduk, Kecamatan Jelimpo, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat mengungsi. Mereka ketakutan setelah ada enam warga yang meninggal secara mendadak dalam waktu yang hampir bersamaan.
Kematian enam warga Jelimpo, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, secara mendadak, dan hampir bersamaan pada Sabtu petang lalu, bukan karena wabah atau virus yang kemudian membuat 490 warga mengungsi meninggalkan desa. Kematian mereka diduga karena keracunan.Bupati Landak Adrianus Asia Sidot, Senin (13/2/2012), mengungkapkan, kematian enam warga Kampung Sebaduk, Desa Pemahar, Kecamatan Jelimpo, itu terjadi dua tahap. Pertama, kematian terjadi pada Ego (8) dan ibunya, Mariana (26). Setelah itu, terjadi pada empat orang secara bersamaan, yakni Atis (30), Budai (60), Ebuk (21), dan Doman (40).
"Informasi dari jajaran yang saya peroleh, awalnya Ego meninggal dengan mulut berbusa. Oleh ibunya, mulut Ego disedot menggunakan mulut dengan maksud menolong. Namun, ibunya juga meninggal. Malam harinya, ada orang-orang melayat, empat di antaranya makan di rumah itu, lalu meninggal," kata Adrianus.
Menurut Adrianus, sebelum Ego tewas, dia sempat memain-mainkan tikus, lalu membuangnya. Tanpa cuci tangan, Ego lalu makan. Setelah itu, Ego merasa mulas dan hendak buang air, tetapi kemudian tumbang saat berjalan. Adrianus menambahkan, muntahan Ego sempat dijilati oleh anjing.
"Awalnya ada informasi kalau anjing itu sudah dikubur, tetapi saat dicari, kuburannya tidak ditemukan. Informasinya masih belum jelas, apakah keempat orang yang meninggal itu makan daging anjing itu atau makan makanan lain saat melayat. Tim dokter dan polisi yang akan menyelidikinya," ujar Adrianus.Bupati menyebutkan, 230 warga Sebaduk mengungsi ke Ngabang, Ibu Kota Landak, dan 260 warga lain mengungsi ke SMP Negeri 2 Kuala Behe.
"Ada pula warga yang meninggalkan kampung dan menumpang di kerabatnya. Kami belum bisa menghitung mereka yang mengungsi ke rumah kerabat," ujar Adrianus, Minggu (12/2/2012) malam.
Ketakutan warga berawal ketika dua warga, masing-masing anak dan ibunya yang meninggal dunia pada Sabtu petang dengan mulut berbuih. Pada malam harinya, empat orang warga yang datang melayat dan makan di rumah warga itu juga ikut meninggal.
"Beredar isu macam-macam yang menyebutkan kalau dekat-dekat mayat, akan ikut meninggal sehingga warga mengungsi. Dinas Kesehatan Landak dan polisi sudah memeriksa lokasi dan kemungkinan besar kematian keenam warga itu akibat keracunan makanan," tutur Adrianus.

Wakil Ketua DPRD  Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, Markus Amid mengatakan, sampai saat ini masih ada masyarakat yang yakin bahwa kematian 6 warga Jelimpo adalah karena pengaruh 'kuasa lain'. Namun, terlepas dari penyebabnya, Amid berharap, masyarakat harus mengambil pelajaran dari kejadian itu."Kalau mengikuti perbincangan dengan masyarakat, mereka masih ada yang yakin bahwa kejadian pada Sabtu itu adalah pengaruh dari kuasa lain, sebuah fenomena," kata Amid, Selasa (14/2/2012).
Sabtu malam lalu, masyarakat Kecamatan Jelimpo, Landak dikejutkan oleh meninggalnya enam warga Kampung Sebaduk, Desa Pemahar secara mendadak. Khawatir bahwa kematian enam warga secara hampir bersamaan itu adalah wabah, virus, atau fenomena di luar akal sehat manusia, sekitar 490 warga meninggalkan kampung dan mengungsi ke Ngabang, Ibu Kota Landak, dan ke sekolah di Kecamatan Kuala Behe.
Bupati Landak Adrianus Asia Sidot dan Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Landak Ajun Komisaris Andi Oddang Riuh meyakinkan masyarakat bahwa kematian enam warga itu diduga akibat keracunan.
"Kalau memang benar penyebabnya adalah keracunan makanan, saya meminta masyarakat untuk menjadikan kasus ini sebagai pelajaran agar ke depan lebih berhati-hati dan jangan sampai terulang lagi," kata Amid.

Kepolisian Daerah Kalimantan Barat meminta warga Sebaduk, Desa Pemahar, Kecamatan Jelimpo, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, tidak panik akibat kematian mendadak enam warganya pada Sabtu sore hingga petang lalu. Kasus kematian yang diduga karena keracunan itu sudah ditangani polisi.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Kalbar  Ajun Komisaris Besar Mukson Munandar, Senin (13/2/2012), mengatakan, semula sempat beredar kabar di masyarakat bahwa kematian enam warga itu akibat gangguan makhluk halus atau wabah. Akibatnya, sebagian besar warga meninggalkan kampung untuk mengungsi.
"Polisi melakukan otopsi terhadap dua warga yang meninggal, untuk membandingkan apakah ada kesamaan penyebab kematian," kata Mukson.
Bupati Landak Adrianus Asia Sidot mengatakan, akibat kepanikan itu, warga mengungsi ke Ibu Kota Kabupaten Landak di Ngabang dan ke sekolah di Kecamatan Kuala Behe. Warga juga mengungsi ke rumah kerabat di wilayah yang jauh dari kampung.
Kematian enam warga Kampung Sebaduk itu menggemparkan karena terjadi hampir bersamaan. Pada Sabtu petang, seorang anak dan ibunya meninggal dengan mulut berbusa. Malam harinya, empat pelayat yang datang dan makan di rumah korban meninggal, ikut meninggal juga.

Beberapa organ dalam korban keracunan yang meninggal dunia di Jelimpo, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat dibawa oleh polisi ke Pusat Laboratorium Forensik Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia. Uji laboratorium diperlukan untuk memastikan dugaan keracunan yang sudah terlihat dari ciri-ciri identik saat dilakukan otopsi.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Landak Ajun Komisaris Andi Oddang Riuh, Selasa (14/2/2/2012) mengatakan, dari enam orang warga Kampung Sebaduk, Desa Pemahar, Jelimpo yang meninggal dunia pada Sabtu petang dan malam lalu, satu di antaranya yakni Atis (30) dilakukan otopsi.
"Selasa ini, beberapa organ dalam milik Atis kami bawa ke Puslabfor Mabes Polri. Kami sudah mendapatkan izin dari keluarga," kata Andi.
Keenam warga Kampung Sebaduk itu diduga keracunan makanan. Namun, Andi masih enggan merinci makanan apa yang mengakibatkan mereka keracunan dan zat racun apa yang terkandung di dalamnya.
"Beberapa pihak sudah lebih dahulu melontarkan opini mereka mengenai penyebab keracunan. Kami, dari penyidik masih akan menunggu hasil uji laborarium agar apa yang kami sampaikan berdasarkan data valid, bukan berdasarkan opini atau keterangan satu atau dua orang saja," kata Andi.

sumber :  http://regional.kompas.com/read/2012/02/14/11485783/Organ.Tubuh.Korban.Dibawa.ke.Puslabfor.



Tidak ada komentar: